Suara-ntt.com, Kupang-Pemerintah Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sedang melakukan koordinasi dengan kabupaten dan kota untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di kelas.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Linus Lusi mengataka, saat ini muncul keinginan dari kabupaten dan kota untuk menggelar KBM tatap muka di sekolah- sekolah, terutama untuk daerah yang sudah ditetapkan sebagai zona hijau pandemi covid-19. Munculnya keinginan tersebut setelah pemerintah memberlakukan new normal pada 15 Juli 2020 dan perkembangan kasus positif covid-19 di NTT.
“Memang sejak pemberlakuan new normal, semua lembaga pendididikan menengah atas, baik SMA maupun SMK yang kewenangan pengelolaannya ada di tingkat provinsi, masih menggunakan metode pembelajaran dalam jaringan (daring) atau online”.
“Walau beberapa kabupaten dan kota sudah masuk zona hijau, tapi untuk menyelenggarakan KBM tatap muka di kelas, harus ada koordinasi secara baik dengan setiap kabupaten agar memberikan kesan yang positif kepada publik tentang covid dan keinginan orang tua serta siswa,” katanya kepada wartawan Kamis,(13/8/2020).
Selain itu, lanjut mantan Kepala Badan Penyelesaian Perbatasan Provinsi NTT ini, untuk mengaktifkan kembali KBM di daerah zona hijau, juga harus dilakukan dengan membuat pemetaan permasalahan di setiap kabupaten. Tentunya langka yang diambil itu disesuaikan dengan kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
“Prinsipnya, aktivitas KBM tatap muka di ruang kelas harus didalami lagi secara terpadu agar pelaksanaannya terkoordinasi dengan baik,” papar Linus.
Pada kesempatan itu ia mengungkapkan, pada prinsipnya untuk mengaktifkan kembali KBM di sekolah, Pemerintah NTT dan kabupaten/kota harus mengacu pada surat keputusan bersama empat menteri termasuk diantaranya kementerian pendidikan. Jika ada kesiapan dari kabupaten/kota, sekolah dan orang tua, tapi harus dilaksanakan dengan mengedepankan aspek kehati- hatian.
“Keselamatan jiwa siswa dan manusia jauh lebih penting, apalagi ada trend penambaham kasus yang terjadi saat new normal,” papar Linus.
Ia menyatakan, memang untuk mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran sistem daring, diperlukan evaluasi dan pengawasan. Dengan demikian, metode pembelajaran yang diterapkan, bisa memberi nilai yang cukup baik terhadap para peserta didik. Hanya saja model pengawasannya harus dikaji secara komprehensif. (Hiro Tuames)