Suara-ntt.com, Atambua-Pemerintah kabupaten dan desa, diharapkan terus menerus melakukan terobosan dan inovasi berupa pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna (TTG) dalam setiap pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Hal itu dilakukan dengan mengoptimalkan pendayagunaan semua aspek sumberdaya lokal (alam, manusia, teknologi, dan sosial) secara berkelanjutan yang mampu memberikan nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, Dinas Pemerintah Masyarakat dan Desa (PMD) Provinsi NTT siap menjadi mitra dalam pengembangan teknologi tepat guna tersebut
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Manek mengatakan, pelatihan pemasangan sarana energi biogas dari limbah ternak bagi masyarakat
tentunya memiliki nilai dan makna strategis. Hal itu sebagai upaya Pemerintah Provinsi NTT dalam usaha pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki desa untuk peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.
Dikatakan strategis karena NTT memiliki sumber daya alam yang cukup banyak dan variatif diantaranya sektor peternakan, pariwisata, pertanian, dan kelautan tetapi belum dikelola secara optimal dan berkelanjutan demi kemakmuran rakyat.
“Melalui Visi NTT Bangkit, NTT Sejahtera dalam era kepemimpinan Bapak Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dan Bapak Wakil Gubernur, Josef A. Nae Soi, diharapkan kita bahu membahu untuk kerja keras dan cepat, disertai kerja-kerja inovatif dan produktif, dalam mengejar ketertinggalan yang dihadapi saat ini. Dengan demikian, NTT mampu bersaing dan lebih cepat menuju masyarakat yang sejahtera,” kata Viktor pada acara pembukaan pelatihan pemasangan sarana energi biogas dari limbah ternak bagi masyarakat Desa Dafala, Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu pada Kamis, 1 Juli 2021.
Dijelaskan, salah satu prioritas untuk mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat dalam menghadapi persaingan global adalah melakukan percepatan pembangunan di sektor pemberdayaan masyarakat yaitu melalui implementasi teknologi tepat guna.
Teknologi tepat guna kata Viktor adalah teknologi yang dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetnisan, kebudayaan, sosial politik dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, teknologi tepat guna bersifat praktis, murah dan mudah dijangkau serta mampu menjawab kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan produksi dan produktifitas kerja.
“Teknologi tepat guna apabila dimanfaatkan secara optimal, diyakini akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, memberikan nilai tambah, perbaikan mutu dan membantu dalam mewujudkan usaha produktif yang efisien, serta peningkatan daya saing daerah dan desa,”ungkap mantan Kepala Biro Pemerintahan Setda Provinsi NTT ini.
Lebih lanjut kata dia, dalam rangka mendorong percepatan pembangunan di NTT maka Pemprov melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, terus melakukan upaya pengembangan, salah satunya adalah pelatihan pemasangan sarana energi biogas dari limbah ternak yang dilaksanakan saat ini.
Menurutnya, kegiatan tersebut penting karena biogas sangat berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi terbarukan. Dimana biogas memiliki kandungan gas metana dan nilai kalornya yang cukup tinggi, serta membuat pembakarannya lebih ramah lingkungan.
Disisi lain, sampai saat ini biogas masih belum akrab di telinga masyarakat bahkan dalam praktek hidup keseharian masyarakat Indonesia, khususnya di Nusa Tenggara Timur, karena kebanyakan masyarakat belum mengetahui benar terhadap energi alternatif selain bahan bakar minyak.
Di samping itu secara potensi bahan baku biogas tersedia dengan limpah di wilayah Nusa Tenggara Timur yang memiliki banyak ternak sapi. Apalagi kedepan plemerintah terus menerus mendorong dan mengembalikan unggulan provinsi ternak melalui program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS).
“Penerapan teknologi tepat guna dalam kehidupan sehari-hari sangatlah bermanfaat maka saya berharap saudara-saudari yang mengikuti kegiatan ini benar-benar mencermati dan mengikuti secara baik dan benar setiap tahapan dan proses yang diajarkan oleh para narasumber/instruktur, sehingga mampu memahami secara utuh teknis pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan yang pada gilirannya mampu digunakan untuk kebutuhan energy setiap hari,”ujarnya.
“Sarana energi biogas yang terpasang kiranya dapat dijaga, dirawat dengan rasa memiliki agar masa pakai dan kemanfaatannya dapat berlangsung lebih lama. Gunakan dan manfaatkan biogas ini, bukan saja untuk kebutuhan rumah tangga/memasak semata, tetapi juga untuk pengembangan usaha ekonomi keluarganya, sehingga kebutuhan energi untuk penerangan dan usaha ekonomi rumah tangga dapat terpenuhi,”tambahnya.
Sementara itu Ketua Panitia Penyelenggara, Ahmad Buhari Umar dalam laporannya mengatakan, maksud dari kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan penyebarluasan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan dan mengelola potensi alam (limbah ternak) menjadi sumber energi alternatif dan dapat digunakan secara massal dan berkesinambungan.
Sedangkan tujuan dari kegiatan itu kata Buhari Umar adalah meningkatkan pemanfaatan TTG sesuai kebutuhan masyarakat berdasarkan potensi masing-masing. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengolah dan memproduksi limbah ternak sebagai sumber energi terbarukan, murah dan ramah lingkungan.
Kemudian mengurangi pencemaran akibat limbah ternak dan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumber energi tak terbarukan seperti minyak tanah serta mensosialisasikan kepada masyarakat untuk memanfaatkan limbah biogas sebagai pupuk organik sebagai nilai tambah lainnya.
Lebih lanjut kata dia hasil yang diharapkan adalah meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengolah/produksi sumber energi baru dari limbah ternak. Meningkatnya penyebaran pengetahuan masyarakat tentang sumber energi yang berasal dari potensi/SDA desa (ternak).
Selain itu tersedianya peralatan untuk produksi sumber energi biogas. Berkurangnya ketergantungan masyarakat terhadap minyak tanah dan listrik. Berkurangnya pencemaran udara di pemukiman masyarakat peternak dan tersedianya pupuk organik cair dari limbah biogas. (Hiro Tuames)