Pater Fritz Meko, SVD foto bersama dengan para anggota Kelompok Doa Ora et Labora Kejati NTT, di Aula Sasando Rabu, 6 Juli 2022. (Foto Verry Guru)
Suara-ntt.com, Kupang-Institusi Kejaksaan Tinggi (Kejati) Nusa Tenggara Timur merupakan institusi yang sangat dekat dengan Allah. Karena jajaran Kejaksaan mengusung dan mengambil peran serta fungsi dari keadilan dan kebenaran. Substansi keadilan adalah memberikan apa yang menjadi hak orang lain. Sedangkan substansi kebenaran adalah persesuaian antara apa yang dibayangkan dan apa yang senyatanya.
Hal tersebut diungkapkan Pater Fritz Meko, SVD, MA di depan peserta Kelompok Doa Ora et Labora Kejati NTT, di Aula Sasando Rabu, 6 Juli 2022.
Nampak puluhan karyawan dan karyawati Kejati NTT yang beragama Katolik dan Kristen Protestan serius mendengar renungan yang terinspirasi dari Injil Yohanes 15:17; Tetapi Ia berkata kepada mereka: “BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.”
Pater Fritz dalam renungan yang berjudul Bekerja antara Tuntutan Kesejahteraan dan Merawat Moralitas Hidup mengatakan, tujuan bekerja adalah untuk kesejahteraan; aktualisasi diri dan memuliakan Allah.
“Karena itu, saya berharap jajaran Kejaksaan dalam bekerja harus tetap memperhatikan dominasi spiritual. Bekerja tetapi jangan sekali-kali melupakan Tuhan,” ucap Pater Fritz yang studi magister komunikasi di Kairos St. Patrick University, Ireland.
Menurut Pater Fritz, filsafat materialisme mendikte manusia moderen untuk mengejar materi dengan bekerja selama 24 jam. Namun demikian sebut Pater Fritz, panorama teknopolis melahirkan sejuta paradoks. “Kita bekerja tapi terasa belum cukup. Dunia kita makin maju dan moderen tapi juga melahirkan aneka problema. Peradaban manusia tenggelam dan tergerus dalam tipisnya batasan etika dan moral. Inilah paradoks teknopolis,” sebut kandidat doktor Institus Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang.
Meski manusia saat ini hidup dalam kecenderungan naturalisasi hawa nafsu, lanjut Pater Fritz, jajaran Kejaksaan NTT diingatkan untuk menyadari dan tetap memperhatikan tata rasa bajik dan bangunan cinta kasih.
“Orang yang memiliki tata rasa bajik sangat cocok untuk hidup di zaman moderen ini. Serentak dengan itu memiliki etika dan etos kerja yang baik. Juga memiliki waktu untuk memuliakan Allah. Bekerjalah dalam kesetiaan seperti seorang penggali sumur,” tegas Pater Fritz.
Jajaran Kejaksaan kata Pater Fritz, harus selalu berpegang teguh pada motto Setia, Adhy, Wicaksana. “Setia karena memiliki kualitas batin dan keteladanan yang disertai iman. Adhy; kesempurnaan dalam bertugas dengan bertanggungjawab terhadap Tuhan, keluarga dan sesama. Serta wicaksana berarti: bijaksana dalam tutur kata, tingkah laku di dalam menerapkan kekuasaan dan kewenangan. Ini adalah bingkai yang harus dipegang teguh oleh semua insan Kejaksaan,” pinta Pater Fritz.
Usai kegiatan pembinaan rohani dilanjutkan dengan sesi foto bersama dan pameran serta penjualan 14 buku (Refleksi Filosofis, Sosiologis, Spiritual dan Puisi) yang merupakan hasil karya Pater Fritz Meko yakni : Di Simpang Peristiwa (Gramedia Pustaka Utama, 2012); Rahimku Terminalmu ke Dunia (Obor Jakarta, 2013); Biologi Kesempatan (Kanisius Yogjakarta, 2015); Jejak-jejak Peristiwa – Kumpulan Puisi (Kanisius 2015); Abundant Life (Pohon Cahaya Yogjakarta 2016); The Meaning of Life (Pohon Cahaya Yogjakarta 2016); Crossing The Wave of Faith (Pohon Cahaya Yogjakarta 2017); Celebration of Life (Pohon Cahaya Yogjakarta 2019); Pilgrimage of Life (Pohon Cahaya Yogjakarta 2019); Mengendus Jejak Ilahi (Kanisius 2020); Berserah Pada Tuhan (Pohon Cahaya Yogjakarta 2022); Antologi Pusi Sang Mesias (Pohon Cahaya Yogjakarta 2022); dan Realitas Hidup dan Warnanya (Pohon Cahaya Yogjakarta 2022). (*/VG)