Suara-ntt.com, Kupang-Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah dengan potensi pariwisata terbesar di Indonesia. Bahkan banyak data dan fakta yang menunjukkan bahwa NTT sebagai salah satu daerah pariwisata terbaik di dunia.
“Untuk membuktikan hal itu kita lakukan studi rantai pasok (value chain analysis). Kita lihat sektor yang rantainya panjang, yang mampu menarik gerbong-gerbong yang banyak. Dari studi ini, dapat dilihat bahwa pariwisata punya rantai yang panjang,” kata Staf Khusus Gubernur NTT, Prof. Dr. Daniel D. Kameo saat berbicara pada kegiatan Berbagi Informasi, Mengungkap Jejak-Jejak Karya Dua Tahun Kepemimpinan Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josep Nae Soi di rumah jabatan Gubernur NTT, Sabtu (5/9/2020).
Prof. Kameo mengungkapkan, sektor pariwisata dipilih oleh Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur, Josef Nae Soi sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi NTT bukan karena selera tetapi itu merupakan hasil kajian ilmiah.
Dikatakan, dari hasil kajian potensi-potensi sumber daya yang ada di NTT maka sektor pariwisata mempunyai kekuatan menjadi motor penggerak sektor-sektor lainnya.
“Sebelum maju menjadi calon gubernur, selama satu tahun saya bersama pak Viktor melakukan penelitan pariwisata di seluruh daerah di NTT untuk tesis S-2 beliau. Hasil penelitian ini menunjukkan dari berbagai sektor ekonomi yang ada di NTT, pariwisata ini secara potensi maupun indikasi yang sudah terjadi, bisa menjadi motor penggerak yang paling kuat bagi sektor lain seperti pertanian, peternakan, kelautan dan perikanan,” jelasnya.
Dijelaskan, dari hasil kajian tersebut dilanjutkan studi trend dan potensi pariwisata global. Dari studi perkembangan itu sektor-sektor utama dalam 20 tahun terakhir dan potensinya ke depan ditemukan sektor ekonomi yang pertumbuhannya paling cepat di dunia dan Indonesia adalah pariwisata, bukan industri elektronika dan otomotif.
“Hal ini karena pola perubahan konsumsi masyarakat dunia. Masyarakat dunia itu sudah ingin menikmati hidup dengan bepergian atau travelling. Ada juga perkembangan teknologi informasi yang mempercepat penyebaran tempat yang menarik dan indah. Ada seorang saja yang selfie atau swafoto di suatu obyek wisata, dia upload lewat facebook, whatsapp dan media sosial yang dia punya, detik itu juga ribuan orang yang mengetahui. Karenanya, menurut organisasi tourism international dan berbagai penelitian, sektor ini berkembang pesat 10 tahun terakhir,”ungkap
Guru Besar di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga ini.
Menurutnya, dalam mengembangkan pariwisata tersebut, pemerintah daerah perlu bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan seperti masyarakat, dunia usaha, dunia akademis, lembaga non pemerintah.
“Pemangku kepentingan keenam adalah media. Media fungsinya bukan saja sebagai fungsi kontrol, tetapi juga pemberitaan atau penyebaran informasi. Informasikan kepada dunia, energi positif tentang NTT, energi harapan karena masih banyak yang harus kita buat untuk NTT,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Provinsi NTT, Cosmas Lana menjelaskan, Pemerintah Provinsi NTT saat ini di bawah kepemimpinan Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josep Nae Soi berupaya keras menggerakan pariwisata sebagai lokomotif pembangunan NTT.
Untuk meningkatkan aksesibilitas menuju tempat pariwisata maka pemerintah setempat memperbaiki jalan provinsi yang rusak berat dan ringan sepanjang 906 kilometer dari total jalan provinsi sepanjang 2.650 km di seluruh NTT dalam jangka waktu tiga tahun. Dan tahun 2021, targetnya harus sudah selesai.
“Kemarin (Jumat, 4/9/2020, red) saat memantau pekerjaan jalan di Manggarai Barat, Bapak Gubernur disambut dengan penuh sukacita dan kegembiraan oleh warga Kecamatan Boleng. Mereka sangat gembira karena waktu tempuh dari Boleng ke Labuan Bajo yang semula 5 jam jadi 1 sampai 1,5 jam. Begitu juga Bokong-Lelogama, terakhir ditangani dengan proyek Inpres penanganan jalan kabupaten tahun 1993 sampai dengan 1994. Tahun kemarin (2019) lalu, jalur itu sudah ditangani. Lalu lintas semakin ramai dan waktu tempuh jadi singkat. Itu artinya mobilitas barang jasa, manusia dan faktor produksi lainnya pasti meningkat,”jelasnya.
Kemudian sektor pariwisata dalam kepemimpinan Viktor-Joss berciri inklusif, berbasis sumber daya lokal dengan strategi community based tourism atau pariwisata berbasis masyarakat.
“Beberapa destinasi baru terus dikembangkan yakni Pantai Liman, Pegunungan Fatumnasi, Koanara, Desa Lamalera, pantai Wolwal, Pantai Praidimadtya dan Kawasan Mulut Seribu,”ungkapnya.
Lebih lanjut kata dia, pariwisata seturut pengalaman negara-negara maju harus mempunyai multiplier efek sampai kepada para petani cabe, sayur, tomat dan lain sebagainya. Mereka harus dapatkan tambahan pendapatan.
“Pariwisata memiliki keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Namun jujur diakui kami yang pada sisi operasional masih sulit implementasikan ini. Masih ada keegoisan perangkat daerah. Ini yang harus kami perbaiki ke depannya,”pintanya.
Untuk menggerakan pertanian sebagai rantai pasok pariwisata, jelas Kosmas, Pemerintah Provinsi melakukan gebrakan besar yakni Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS). Sampai Agustus 2020, tersedia luas tanam sebesar 1.435,61 hektar dari 10.000 hektar. Bibit jagung yang didistribusikan 31.045 jagung komposit dan 64.099 jagung hibrida.
Kemudian jumlah ternak sapi hingga 2019 sebanyak 1.087.761 ekor. Selain dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat, juga dikembangkan pada tujuh instalasi ternak. Untuk ternak kecil, babi sebanyak 2.266.222 ekor, kambing 835.614 ekor, ayam buras 10.984.790 ekor, ayam broiler 7.300.378 ekor dan ayam layer 225.389 ekor.
Diakui bahwa baru dua tahun memimpin daerah ini namun sudah banyak jejak karya-karya yang telah diukir Gubernur NTT dan Wakil Gubernur NTT saat ini. Di antaranya kemiskinan berkurang sebesar 0,19 persen yakni 20,43 persen di tahun 2019 dari 20,62 persen di tahun sebelumnya. Prevelensi stunting menurun dari 42,6 persen tahun 2018 jadi 27,9 persen pada Februari 2020. Kasus gizi kurang alami pengurangan jadi 8,2 persen. Angka kematian ibu dan anak turun dari 163 orang jadi 98 orang tahun 2019. Kematian bayi menurun dari 1.044 bayi jadi 882 tahun 2019. (HT)