Suara-ntt.com, Kupang-Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT pada bulan September 2021, Nilai Tukar Petani (NTP) di NTT meningkat atau naik 0,31 persen dibandingkan Agustus yaitu dari 101,45 menjadi 101,75 persen.
Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) pada September disebabkan oleh perubahan harga positif pada subsektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan.
Demikian disampaikan Kepala BPS Provinsi NTT, Darwis Sitorus dalam Press Release Bulan Oktober secara _live streaming_ melalui channel youtube HUMAS BPS NTT pada Jumat, 1 Oktober 2021.
Darwis mengatakan, NPT yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Dikatakan, melalui indeks harga yang dibayar petani dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar di pedesaan serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Pada September indeks harga yang dibayar petani dilaporkan tidak mengalami perubahan yang signifikan dibanding dengan bulan Agustus yaitu dari 106,81 menjadi 106,72. Subsektor yang mengalami penurunan diantaranya tanaman pangan, peternakan dan perikanan.
Dijelaskan, untuk subsektor padi dan palawija di Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan 0,34 persen di September 2021. Hal ini disebabkan karena peningkatan It dan penurunan Ib. It dipengaruhi oleh penurunan harga palawija (0,40 persen). Penurunan Ib dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas konsumsi rumah tangga.
Kemudian untuk subsektor hortikultura mengalami penurunan 3,08 persen pada September. Hal ini disebabkan oleh penurunan It (3,07 persen) dan peningkatan Ib sebesar (0,02 persen). Penurunan It dipengaruhi oleh penurunan harga sayur-sayuran (3,78 persen). Sedangkan Ib ini dipengaruhi oleh peningkatan harga pada barang modal khususnya bibit.
Sementara pada subsektor tanaman perkebunan rakyat September meningkat 0,41 persen dibandingkan periode Agustus. Hal ini terjadi karena It dan Ib meningkat masing-masing sebesar 0,45 persen dan 0,03 persen. Pada Ib subkelompok barang modal mengalami peningkatan 0,46 persen khususnya pada upah buruh.
Lebih lanjut kata dia, untuk subsektor peternakan mengalami peningkatan pada September sebesar 1,77 persen. Hal ini disebabkan oleh harga terima petani mengalami peningkatan (1,74 persen) sedangkan indeks bayar mengalami penurunan (0,03). It dipengaruhi oleh peningkatan harga subkelompok ternak besar (1,74 persen), ternak kecil (2,64 persen) dan unggas (0,58 persen). Untuk Ib subkelompok konsumsi rumahtangga menurun 0,04 persen dan barang modal meningkat 0,02 persen.
Selanjutnya subsektor perikanan secara umum mengalami penurunan sebesar 0,97 persen pada September. Hal ini disebabkan karena indeks terima (It) mengalami penurunan 0,98 persen dan Ib 0,01 persen. Indeks terima perikanan menurun dipengaruhi oleh penurunan tangkap 1,62 persen.
Secara umum di Provinsi NTT pada September di tingkat petani pedesaan mengalami deflasi khususnya kelompok makanan, minuman dan tembaku mengalami penurunan harga. Inflasi tahun kalender September 2021 terhadap Desember 2020 sebesar 0,11 persen sedangkan inflasi tahun ke tahun (y0y) sebesar 0,89 persen. (Hiro Tuames)