Lima Kabupaten di NTT sangat Potensial untuk Pengembangan Garam

oleh -201 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Sedikitnya lima daerah atau kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sangat potensial untuk pengembangan garam.

Kelima daerah yang potensial itu yakni Kabupaten Kupang, Sabu Raijua, Lembata, Nagekeo dan Kabupaten Malaka. Dari daerah-daerah potensial ini, sudah terlihat geliat produksinya di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Malaka.

“Oleh karena itu, saya minta pemerintah di beberapa kabupaten ini agar segera membenahi sektor industri garam untuk menarik investor dalam upaya peningkatan kualitas dan produktivitas garam NTT. Salah satunya yakni memberikan kemudahan berusaha kepada investor untuk berinvestasi dan menciptakan lingkungan bisnis yang bersahabat bagi investor,”kata Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat beberapa waktu lalu.

Gubernur Viktor mengatakan, produksi kelautan lainnya yang potensial untuk dikembangankan yakni budidaya garam.

“Seperti yang kita ketahui bersama bahwa garam NTT memilik kadar NaCl yang sangat baik mencapai 96 persen karena dihasilkan dari air laut yang belum tercemar serta ditunjang oleh cuaca yang mendukung.

Dikatakan, sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor penting dalam mensukseskan program NTT bangkit dalam rangka meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pariwisata sebagai penggerak utama, seperti pengembangan budidaya kakap putih dan kerapu di Kawasan Mulut Seribu-Rote Ndao, berupa pembangunan 3 unit keramba dengan jumlah benih ikan yang telah ditebar sebanyak 9.000 ekor serta telah tersedia 1 unit rumah jaga dan 1 unit bagan kelong.

Pengembangan budidaya serupa juga dilakukan di Kawasan Labuan Kelambu sebagai solusi untuk pemberdayaan masyarakat yang berada di wilayah tapal batas antar Kabupaten Manggarai Timur dan Kabupaten Ngada dengan benih kerapu yang ditebar sebanyak 1 juta ekor.

Dijelaskan, hasil produksi perikanan tangkap pada Tahun 2019 sebesar 198.380 ton atau 50,4 persen dari total potensi tangkap yang diperbolehkan sebesar 393.360 ton per tahun.

Sementara produksi per semester pertama Tahun 2020 sebesar 72.500 ton. Dengan tetap memperhatikan kelestarian biota laut, hasil tangkapan akan terus dioptimalkan melalui penyediaan sarana prasarana tangkap, pengolahan untuk meningkatkan nilai produksi, serta pemasaran.

Adapun produk olahan ikan yang dihasilkan berupa penanganan ikan segar, pembekuan (tuna dan cakalang), ikan asap, ikan kering, penggilingan (bakso ikan dll).

Hasil olahan itu sebagian dipasarkan di wilayah NTT dan diantarpulaukan ke berbagai provinsi di Indonesia serta diekspor ke Timor Leste, China, Jepang dan Amerika.

Lebih lanjut kata dia, saat ini juga NTT mengembangkan budidaya rumput laut dengan jenis Euchema Cottonii merupakan penghasil karagenan yang merupakan bahan yang sangat penting dalam industri makanan, kosmetika dan obat-obatan.

Budi daya rumput laut, saat ini baru dimanfaatkan sebesar 35 persen atau sekitar 11 ribu hektar dari potensi 54 ribu ha, dengan jumlah produksi Tahun 2019 mencapai 2,3 juta ton basah. Untuk meningkatkan produksi, Pemerintah telah memberikan bantuan hibah peralatan dan bibit rumput laut kepada pembudidaya. (Hiro Tuames)