Suara-ntt.com, Kupang-Pariwisata di Provinsi NTT mengalami pukulan hebat sebagai dampak dari pandemi COVID-19 ini. Hal ini juga dialami seperti di daerah atau negara lainnya.
Berdasarkan data BPS, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman selama periode Januari sampai dengan Agustus 2020 mencapai 3,41 juta kunjungan atau turun 68,17 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2019.
Sedangkan Tingkat Penghunian Kamar atau TPK Hotel Berbintang pada bulan Agustus 2020 mencapai 32,93 persen atau turun 21,21 poin dibanding TPK Agustus 2019, tetapi mengalami kenaikan sebesar 4,86 poin dibandingkan TPK Juli 2020.
“Kenaikan TPK ini membangkitkan optimis kita bahwa pariwisata NTT dapat berkembang di saat pandemi asalkan kita kemas dengan baik dan selalu menerapkan protokol kesehatan,” kata Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat pada perayaan memperingati hari ulang tahun (HUT) Provinsi NTT ke-62 di aula rumah jabatan Gubernur NTT, Minggu (20/12/2020).
Gubernur Viktor mengatakan, kedepan, Pemerintah Provinsi NTT akan menyusun pedoman dalam bentuk Peraturan Gubernur terkait Protokol Kesehatan Kepariwisataan New Normal di NTT, untuk menjamin terselenggaranya aktivitas pariwisata yang aman dan nyaman terhadap penularan COVID- 19 bagi wisatawan, pelaku usaha pariwisata serta masyarakat di sekitar destinasi wisata. Hal ini menjadi landasan antisipatif terhadap ledakan pariwisata di tahun 2021 menyusul rencana vaksin oleh hampir semua negara, termasuk Indonesia.
Dikatakan, saat pandemi ini berlangsung, Pemerintah tetap berupaya produktif dengan membenahi sektor pariwisata di daerah ini, khususnya pembenahan terhadap destinasi maupun industri pariwisata serta ekonomi kreatif.
Pada tahun ini, Pemerintah Provinsi NTT telah melakukan pembangunan 7 Kawasan Pariwisata, yaitu Pantai Liman di Kabupaten Kupang, Kawasan Fatumnasi Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kawasan Wolwal di Kabupaten Alor, Kawasan Lamalera Kabupaten Lembata, Kawasan Koanara di Kabupaten Ende, kawasan Praimadita di Kabupaten Sumba Timur dan Kawasan Mulut Seribu Kabupaten Rote Ndao.
Di ketujuh kawasan tersebut telah dibangun fasilitas berupa cottage, restaurant dan home stay. Agar sarana dan prasarana tersebut dapat bermanfaat sebagaimana mestinya maka penataan berkelanjutan dengan mengandalkan pariwisata berbasis masyarakat.
“Masyarakat setempat kita harus disiapkan untuk menyediakan rantai pasok yang berasal dari komoditi setempat, bahkan masyarakat harus disiapkan untuk mengolah komoditi yang ada agar dapat memperoleh nilai tambah dari hasil produksinya. Tiap kawasan pariwisata diharapkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Itulah sesungguhnya cara berpikir “pariwisata sebagai prime mover” untuk sektor pertanian, peternakan, kelautan perikanan serta perindustrian dan perdagangan. Masyarakat harus terlibat dalam semua mata rantai ekonomi pariwisata sehingga terjadi penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan masyarakat,”ujarnya.
Dijelaskan, pengembangan industri pariwisata selalu berhubungan erat dengan pelaksanaan promosi. Sebelum adanya pandemi ini, tepatnya pada medio Februari lalu, NTT telah berpartisipasi pada promosi pariwisata internasional Festival Bunga dan Buah di Ambato Equador. Pada festival tersebut, NTT menampilkan Parade Tenun Ikat, Pentas tarian NTT seperti Tari Ja’i, Tari dari Belu, Tari dari Rote dengan iringan instrumen musik Sasando, kegiatan Bazar di Rumah Jabatan Walikota Ambato dengan menyajikan produk-produk tenun ikat dan asesoris penari dari berbagai daerah di NTT.
Selain menampilkan atraksi-atraksi tersebut sebut dia, pemerintah juga melakukan pemasaran dan promosi pariwisata berbasis digital melalui website, instagram, twitter dan kanal you tube dengan tag line ”Exotic NTT”. (Hiro Tuames)