Suara-ntt.com, Kupang-Komisi II DPRD Provinsi NTT menemukan kekosongan pakan ternak di Instalasi Boawae ketika meninjau perkembangan ternak milik Pemerintah Provinsi NTT di UPT Pembibitan Ternak dan Produksi Pakan Ternak (PT&PPT) Instalasi Boawae, Kabupaten Nagekeo, Kamis (13/2/2020).
Kepala UPT Pembibitan Ternak dan PPT Provinsi NTT, Bambang Permana mengatakan, kekosongan pakan ternak itu dikarenakan penyediaan pakan ternak sedikit mengalami keterlambatan karena menggunakan sistem lelang yang memakan waktu cukup lama.
“Bulan Januari sampai Maret kami dapat membuat pakan sendiri. Namun pada bulan April sampai Juni kami mengalami kekosongan pakan karena keterlambatan lelang sehingga terpaksa kami harus jual babi yang ada untuk mengisi kekosongan tersebut. Bulan Agustus baru tersedia pakan itupun rekanan hanya mampu memenuhi 41,44 persen atau 24 ton dari 60 ton sehingga yang sisa di kembalikan,”ungkapnya.
Ketua Instalasi Boawae, Sergi Wea mengatakan, Instalasi Ternak Boawae mengalami beberapa hambatan dalam mengurusi instalasi boawae. Saat ini instalasi tersebut hanya diurus oleh sembilan orang yang mana seharusnya diurus oleh 25 orang. Hal ini cukup berat dan dirasakan oleh para tenaga kerja yang ada.
“Kami minta bantuan tambahan tenaga kerja karena kami hanya sembilan orang. Kita bukan saja mengurus dua jenis ternak tapi juga mengerjakan hijauan pakan ternak (HPT) tambahan untuk ternak seluas 44,5 hektar.
Selain itu air juga bermasalah sehingga kami minta agar bisa dibuatkan sumur bor. Masalah lain yakni pagar pembatas yang selalu dirusaki masyarakat yang ingin memasukan ternaknya ke dalam kawasan instalasi ini,”bebernya
Menanggapi beberapa hambatan dan persoalan tersebut, Komisi II DPRD Provinsi NTT melalui Thomas Tiba merekomendasi beberapa point antara lain ; SDM atau tenaga kerja harus ada kajian beban kerja yang jelas sehingga harapan dari target bisa terjawab. Tenaga kerja harus yang profesional pada bidang ini. SDM menjadi hal yang sangat penting.
Kemudian manajemen pengerjaan dengan sistem pengelolaan harus difasilitasi baik. Tenaga manusia boleh kurang namun dapat didukung dengan perlengkapan tambahan yang memadai.
Selain itu kata dia, air menjadi sumber kehidupan oleh karena itu agar disiapkan laporan resmi guna di back up pada rapat komisi nanti. Dan target pendapatan harus jelas.
Thomas menambahkan, segala temuan dilapangan ini akan menjadi catatan penting yang akan dicari jalan keluar agar persoalan ini segera terselesaikan.
Sementara itu Ketua Komisi II DPRD Provinsi NTT, Kasimirus Kolo mengatakan kunjungan tersebut guna melihat secara langsung kondisi obyektif pada instalasi tersebut yang mana tujuan pembangunannya adalah untuk peningkatan pendapatan daerah dan pemberdayaan masyarakat.
“Ternak Boawae ini berbeda dengan ternak di Timor. Kalau di Timor sapinya kurus kering karena kekurangan pakan. Tapi di Boawae ini pakan cukup tersedia sehingga instalasi ini perlu didorong agar target PAD minimal mencapai 90 persen.”
Disini ada tujuh kelompok yang kerjasama dengan Instalasi Boawae untuk bagi hasil. Namun jika tidak ada hasil maka apa yang mau dibagi, untuk itu perlu dikontrol dengan baik bagi kelompok-kelompok ini,”ujarnya. (Hiro Tuames/Humas Setwan Provinsi NTT)