Kebijakan Pembangunan di NTT Harus Berbasis Riset

oleh -181 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Staf khusus Gubernur NTT Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Prof. Daniel D. Kameo, PhD menegaskan, para perencana dan yang menyusun Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah harus memiliki pemahaman konseptual. Karena membangun suatu negara atau daerah harus tahu konsepnya.

“Kalau kita pahami dasar filsafatnya; yang lain ikut saja,” tandas Prof. Kameo di depan peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) LKPJ Tahun 2020 di aula Fernandez Kantor Gubernur Jalan Raya El Tari Kupang, Jumat (20/11/2020).

Menurut Prof. Kameo ada tiga unsur inti dalam perencanaan pembangunan daerah yakni pertama, apa yang ingin dicapai di waktu yang akan datang; kedua, dimana kita berada dan dalam kondisi seperti apa saat ini; dan ketiga, bagaimana caranya untuk mencapai keinginan tersebut.

“Setelah kita mengetahui ketiga hal ini maka kita lakukan analisis dan proyeksi kondisi saat ini dengan menetapkan visi, tujuan dan target. Untuk itu diperlukan misi, kebijakan, strategi dan program. Dalam merumuskan kebijakan pembangunan di daerah ini harus berbasis riset; tidak boleh ngarang,” tandas mantan Ketua Dewan Riset Daerah Provinsi Jawa Tengah.

“Perencanaan daerah sebagai sumber keutuhan pemikiran. Karena itu, orang perencana harus berpikir serentak tidak bisa berpikir satu-satu. Kita perlu dukungan data yang valid. Data ada banyak tetapi lemah diinformasi. Data yang ada tidak pernah dianalisis sehingga tidak ada informasi untuk dibuat dalam kebijakan politik,” kritik Guru Besar Bisnis Universitas Satya Wacana Salatiga.

Dijelaskan, ada tiga hal yang perlu disinkronkan yakni secara vertikal antara RPJMN, RPJMD, RKPD; secara horizontal visi, misi, tujuan, sasaran, indicator, strategi dan kebijakan dan secara siklus atau saling terkait antar sektor.

“Karena itu, pimpinan OPD sekarang lagi pusing karena tidak pernah berpikir sistem. Selama ini mereka berpikir secara sektoral. Sekarang tidak boleh lagi. Kita perlu pola kolaborasi untuk diterapkan di NTT,” kata Prof. Kameo sembari menambahkan bahwa pendekatan pembangunan di NTT secara inklusif, berbasis kekuatan lokal dan berkelanjutan atau sustainable.

Pada bagian lain, Prof. Kameo mengatakan, NTT selalu dinilai miskin karena tidak ada manager yang bagus yang bisa mengolah aset atau kekayaan ini menjadi nyata.

“Yang bisa kita pakai, kita makan, kita nikmati. Itu yang tidak ada. Salah satu pemainnya adalah birokrasi yang harus mengubah potensi ini menjadi real; dari yang tertimbun di dalam tanah menjadi naik ke atas. Dari tanah kosong menjadi ada jagung di atasnya, ada sapi di atasnya. Itu yang kita realisasikan. Untuk itu kita perlu data atau informasi karena ini adalah hal yang besar, luas, kompleks. Ini adalah urusan satu provinsi. Di sinilah peranan kita semua,” tutur Prof. Kameo.

Selalu Ada Gap di Masyarakat

Di tempat yang sama, Staf Khusus Gubernur DR. David B.W. Pandie, MS mengatakan, pemerintah sebagai agent of development harus menyampaikan berbagai program yang dikerjakan agar rakyat dapat mengetahuinya.

“Dalam konteks demokrasi, rakyat berhak tahu program-program yang dikerjakan oleh pemerintah. Banyak espektasi masyarakat yang tinggi tetapi selalu ada gap atau kesenjangan di masyarakat,” tandas David Pandie.

Staf pengajar Undana Kupang ini lebih lanjut menuturkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan belum maximal. Karena itu, kata dia, perlu perbaikan kinerja pemerintah.

“Belum semua memiliki kemampuan terandalkan dalam perencanaan.
Kita tidak boleh terlena, karena masyarakat sekarang selalu kliam kinerja pemerintah. Sekarang dibutuhkan komitmen kinerja dan mind set yang baik. Sehingga kita bisa bekerja dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan LKPJ idealnya harus dibuat berdasarkan riset,”pungkasnya.

Kepala Bagian Pengembangan Daerah, Pejabat Politik dan Pejabat Daerah Biro Pemerintahan Setda Provinsi NTT, Flouri Rita Wuisan, yang memoderatori penyajian materi bersama Prof. Kameo mengatakan, sebagai ASN di Provinsi NTT harus selalu optimis.

“Pertama kita harus optimis bahwa apa yang kita rencanakan dapat kita lakukan dan bisa kita capai. Kedua, kita harus berpikir out of the box. Yang ketiga mind set. Apapun yang kita dengar, kita baca, kita lihat tapi kalau mind set kita tidak berubah maka akan sia-sia,” tutur Rita Wuisan. (HT/Valeri Guru/Kasubag PDE Badan Pengelola Perbatasan Provinsi NTT)