Kasus Kematian Ternak Babi di NTT Diperkirakan Mencapai Rp 175,4 Miliar

oleh -189 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Pada periode Januari hingga November 2020 kasus kematian babi di NTT akibat virus African Swine Fever (ASF) mencapai 60.851 ekor ternak babi mati.

Akibat dari kasus virus ASF tersebut kerugian yang diderita masyarakat diperkirakan sekitar 175,4 miliar. Dan data kasus kematian babi ini tersebar di 22 Kabupaten/Kota se-NTT.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur, drh, Artati Loasana mengatakan, virus ASF pertama kali menyerang ternak babi di wilayah Indonesia adalah Medan, lalu daerah Bali dan terakhir di NTT.

Dikatakan, virus ini baru pertama kali terjadi dan menyerang ternak babi di Indonesia dan NTT pada khususnya.

“Jadi kita istilahkan penyakit eksotik,”ujarnya kepada wartawan diĀ  ruang kerjanya, Kamis (19/11/2020)

Menanggapi penyebaran virus ASF pada ternak babi ini, Dinas Peternakan Provinsi NTT berusaha menutup semua akses jual beli ternak babi di seluruh wilayah NTT. Namun perpindahan ternak serta bahan makanan dasar ternak dan daging babi dari daerah lain khususnya Negara Demokrat Timor Leste, tidak terkontrol sehingga menyebar ke perbatasan Indonesia yakni Belu, Malaka dan kemudian ke seluruh wilayah NTT.

Untuk diketahui bahwa hingga saat ini yang belum ada laporan soal kasus virus ASF adalah Kabupaten Lembata.

Ia menjelaskan bahwa, virus ASF seperti Covid-19. Oleh karena itu, hingga saat ini belum ada vaksin yang mampu mengatasi persoalan ini. Dengan demikian, ketika virus ini telah menyerang ternak babi, maka secara otomatis akan mengakibatkan kematian

Sejauh ini, kasus kematian ternak babi di NTT yang disebabkan oleh ASF terjadi, karena pola pemeliharaan para peternak yang belum memperhatikan higienitas dan sanitasi.

Selain pola pemeliharaan, para peternak juga kadang memberi makan ternak dengan memperhatikan makanan ternak secara baik.

“Terus kalau pola makannya, kasih makan makanan sisa yang justeru akhirnya dari makanan-makanan, terus dari air cucian babi yang sudah kita potong,” ujarnya.

Pihak Dinas Peternakan Provinsi NTT telah melakukan sosialisasi dan himbauan kepada masyarakat mengenai cara menghindari virus ASF dengan meningkatkan kebersihan pada pola pemeliharaan babi. Pasalnya virus tersebut akan mati dengan sendirinya dengan mencuci kandang menggunakan disinfektan. Dan warga yang rutin memperhatikan kebersihan kandang ternak babi tidak mengalami kematian. (Hiro Tuames)