Wakil Bupati Kupang, Jerry Manafe pose bersama Pembawa Materi dan Mahasiswa Pascasarjana IAKN Kupang di di Gereja Ebenhaezer Tarus Barat pada Senin, 27 Juni 2022. (Foto Hiro Tuames)
Suara-ntt.com, Oelamasi-Saat ini masyarakat diperhadapkan dengan era digitalisasi. Perkembangan yang begitu pesat tidak dipungkiri bahwa ada segi negatif dan posetifnya sehingga dapat merubah pola hidup masyarakat.
“Mau tidak mau, suka tidak suka, kita semua tetap mengambil bagian dari perkembangan teknologi yang ada khususnya internet. Inilah yang disebut dengan digital society atau masyarakat digital,” kata Wakil Bupati Kabupaten Kupang, Jerry Manefe ketika membuka acara seminar ‘ Tantangan Masyarakat NTT Menyikapi dan Memasuki era Digital Society dan Post Digital Society dalam Perspektif Teologis-Antropologis’ yang digelar Mahasiswa Pascasarjana Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang di Gereja Ebenhaezer Tarus Barat pada Senin, 27 Juni 2022.
Jerry mengatakan, fenomena digitalisasi itu sejatinya terjadi di hampir semua aspek kehidupan manusia baik sektor bisnis, urusan publik, pendidikan, kesehatan, sosial, politik hingga kehidupan Teologia sebagai dua sisi mata uang. Dan era digitalisasi mempunyai konsekuensi yang baik dan buruk.
“Kita harus syukuri bahwa kemajuan teknologi seperti terciptanya HP dan kehadiran internet sangat membantu kehidupan kita sehari-hari,” ungkapnya.
Dikatakan, saat ini mau di pelosok manapun orang tahu apa itu facebook, Instagram, Twitter, Whatsaap bahkan belanja secara online melalui E-Commerce atau platform pembelanjaan digital seperti shopee dan traveloka sudah bukan hal yang baru lagi.
“Selama awal masa pandemi COVID-19 kita bahkan gereja online. Dan saya yakin bahwa diantara para peserta ada sebagian yang mendapat informasi tentang kegiatan seminar ini secara online baik itu melalui Whatsapp Group maupun via koran online. Inilah tujuan utama teknologi untuk memudahkan hidup manusia tanpa batasan ruang dan waktu,”ujarnya
Dijelaskan, digitalisasi telah membawa teknologi dan informasi serta merubah hal-hal yang sebelumnya dilakukan secara manual menjadi lebih efisien. Teknologi juga membuka banyak lapangan pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan.
Meningkatnya produktivitas manusia sehingga tidak perlu lagi membuang energi lebih untuk berinteraksi yang membutuhkan biaya besar.
Di pemerintahan sendiri kata dia, sudah banyak aktivitas rutin juga bersifat digital. “Contohnya kehadiran E-KTP serta untuk perencanaan anggaran, proses tender bahkan sampai SPJ pun kami sudah implementasikan secara online. Tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat untuk mengakses data dan informasi serta mengundang partisipasi aktif masyarakat baik berupa masukan atau kritikan melalui website maupun whatsapp group sehingga kami dapat mengevaluasi dan memperbaiki pelayanan di masa yang akan datang,”jelasnya.
Perkembangan yang begitu rapid dan masif ini tentunya membawa efek negatif yang tidak bisa dipungkiri. Masih banyak pengguna yang belum secara efektif memanfaatkan teknologi informasi melalui internet untuk menyebarkan berita palsu (hoax).
“Ketika kita tidak berhati-hati maka akan mudah terprovokasi melakukan propoganda dan hal-hal lainnya yang dilarang agama. Bahkan saat ini ada istilah nomophobia (no mobile phone phobia) atau ketakutan dan kecemasan berlebihan apabila seseorang jauh dari HPnya. Ini bukan saja kegelisahan ketika kita lupa HP di rumah tetapi juga keseringan memeriksa HP setiap saat. Rasa stres ketika beteri HP hampir habis atau ketika kita berada di daerah yang tidak terjangkau sinyal,”bebernya
Dalam kaitannya dengan hal Kekristenan, saat ini banyak orang ke gereja hanya membawa HP dibandingkan membawa Alkitab. Hal ini juga baik tetapi jangan biarkan HP membuat kita menjadi hambanya. Ada istilah bahwa HP itu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat,”terangnya.
“Oleh karena itu, marilah kita menjadi orang Kristen yang cerdas, orang Kristen yang tetap mengiman. Media atau sarana belajar. Banyak oknum tidak bertanggung jawab yang juga Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Jangan biarkan segala kemajuan teknologi merubah arah dan cara pandang kita terhadap semua janji keselamatan dan penebusan melalui Yesus Kristus,”pungkasnya.
Lebih lanjut kata dia, dengan pemahaman Teologis seperti itu nantinya akan terus hidup seturut perkembangan yang ada dengan tidak larut akan berbagai pilihan Hedonis maupun Sekulerisasi yang ditawarkan dunia ini.
“Dunia boleh berubah, namun iman percaya kita tetap teguh. Budaya apapun yang datang perlu kita seleksi secara Alkitabiah yang sesuai firman Tuhan kita ikuti dan yang tidak sepantasnya kita jauhi. Biarlah perkembangan budaya masyarakat berkembang menuju sebuah tatanan hidup baru yang konsisten terhadap pengharapan iman dan kasih kepada Tuhan Yesus,”pungkasnya.
“Harapan saya seusai seminar ini kita semua mampu menjadi umat Kristen dan jemaat Allah yang secara serius menguasai dan mengendalikan peran teknologi informasi di era digital ini untuk membawa manfaat baik,”pintanya.
Dirinya berpesan agar kehidupan sosial, budaya dan iman di Kabupaten Kupang gunakanlah internet untuk bekerja. Gunakan internet untuk belajar, untuk beribadah dan buat pelayanan antar sesama umat manusia. Dengan tuntunan Yesus Kristus mampu memajukan, memandirikan serta mensejahterakan diri dan keluarga yang pada akhirnya bermuara pada kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kupang.
Untuk diketahui bahwa Kabupaten Kupang itu terdiri dari 24 Kecamatan, 160 desa dan 17 kelurahan dan kemajuan teknologi telah membuat kehidupan di era digital tidak terhindarkan. (Hiro Tuames)