Suara-ntt.com, Kupang-Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) menegaskan, Provinsi NTT masih terlilit banyak persoalan diantaranya pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Karena itu, untuk mengentaskan kemiskinan dan stunting di NTT; aspek gizi harus menjadi kekuatan promosi untuk membangun Provinsi NTT.
“Kita punya banyak potensi yang belum dikembangkan dengan baik,” kata Gubernur VBL saat tampil dalam acara Kuliah Umum dan Dialog bertema kesehatan di aula Poltekkes Kemenkes Kupang, Sabtu (14/03/2020).
Sebelum memulai acara dialog, Gubernur VBL dijamu jus kelor hasil karya dosen dan para mahasiswa jurusan farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang.
“Saya tidak biasa sarapan pagi. Tadi saya diberi jus kelor dan saya rasa enak. Bagus untuk menambah energi saya saat bekerja membangun NTT,” ucap Gubernur disambut tepuk tangan hadirin.
Bahkan tanpa berpikir lama-lama, Gubernur VBL berpesan agar setiap pagi silakan antar jus kelor ke rumah dan Kantor Gubernur.
“Saya pesan 100 gelas setiap hari. Jangan pakai gelas plastik ya…untuk mengurangi sampah plastik,” ujar Gubernur.
Suatu ketika lanjut Gubernur VBL, dirinya ke Amerika hanya untuk mendengar presentasi tentang manfaat kelor.
“Sejak saya kecil di Pulau Semau, kami makan kelor setiap hari. Sampai di Amerika juga bicara tentang kelor. Ternyata di daun kelor mengandung protein yang sangat tinggi melampaui dari susu,” ucap Gubernur, sedikit bercerita.
Karena itu, Gubernur meminta dan berharap agar kelor jangan dilihat atau dianggap sebagai program Gubernur NTT semata-mata tetapi harus menjadi program bersama.
“Kelor ini bukan program Gubernur saja tapi ini program kita semua sebagai manusia yang punya akal sehat,” kata Gubernur dan menambahkan, “beberapa waktu ke depan akan menanam kelor di lahan seluas 1.000 hektar, melibatkan 5.000 orang dan menghadirkan mesin pengering daun kelor.”
“NTT harus jadi pusat kelor. Kita harus kerja besar. Jangan kerja yang kecil-kecil. Karena itu, Poltekkes Kemenkes Kupang juga harus mampu melahirkan manusia-manusia konseptor; supaya orang tahu Poltekkes ada di NTT,” tambah mantan Ketua Fraksi Nasdem DPR RI.
Di tempat yang sama, Direktur Poltekkes Kemenkes Kupang, Dr. Christin melaporkan keberadaan Kampus Poltekkes sejak tahun 2002 yang merupakan peleburan dari sejumlah akademi kesehatan.
“Kampus ini berada di bawah Kemenkes RI yang terdiri dari 13 program studi (Prodi) yang tersebar di Kupang atau Timor, Sumba dan Flores,” jelas dia seraya menambahkan, tenaga pendidik yang bergelar master ada 170 orang dan 14 orang bergelar doktor.
Dia menyebut, ada lima calon doktor yang sedang studi. Total mahasiswa Poltekkes sambung dia, ada 3455 yang tersebar di Ende, Waikabubak dan Waingapu. “Hingga kini sudah ada 12.466 lulusan. 80 persen bekerja di Provinsi NTT dan ada lima persen yang bekerja di luar negeri seperti di Australia, Jepang dan Belanda,” katanya.
Menurut dia, selama ini pihak Poltekkes telah bekerja sama dengan pihak Dinas Kesehatan Provinsi NTT untuk bersama-sama menangani stunting, kesehatan ibu dan anak juga berbagai masalah kesehatan lainnya sepert wabah DBD.
“Jujur kami harus akui, nama Poltekkes Kemenkes Kupang jauh berada di bawah jika dibandingkan dengan Undana Kupang dan Unika Widya Mandira Kupang.
Kami sudah perkenalkan diri, mudah-mudahan dengan kunjungan Bapak Gubernur hari ini bisa dibukakan jalan yang baik sehingga tenaga-tenaga yang ada di Poltekkes dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” harap Direktur Poltekkes Kemenkes Kupang ini. (Hiro Tuames/Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT)