Dukung Program Pemprov, Bank NTT kembali Gelar Festival Desa Binaan, PAD dan Ramai Skali

oleh -139 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-
Dalam rangka mendukung program Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengentaskan kemiskinan, Bank NTT yang menjadi bank kebanggaan masyarakat setempat kembali menggelar Festival Desa Binaan Bank NTT dan Festival (Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta program Ramai Skali tahun 2022.

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dijadwalkan akan membuka dua even besar Bank NTT, yakni Festival Desa Binaan Bank NTT dan Festival PAD serta program Ramai Skali tahun 2022 di Palacio Ballroom Aston Hotel Kupang pada, Senin 21 Maret 2022 sore.

Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, akhir pekan kemarin di Labuan Bajo, menegaskan hal itu. “Kita akan meluncurkan Festival Desa Binaan dan Festival PAD dimana festival ini juga bertambah jumlah pesertanya. Ini akan dirangkai dengan kegiatan-kegiatan inklusi keuangan yang kita kenal dengan kegiatan Ramai Skali,”tegas Alex sembari menambahkan, Ramai Skali adalah gerakan edukasi usia dini terhadap masyarakat milenial untuk melaksanakan transaksi atau melakukan inklusi keuangan dengan lembaga jasa keuangan.

Dalam konsepnya, kompetisi ini bakal sengit karena setiap kabupaten harus mengirim lima desa terbaik sebagai nominator yang mewakili kabupaten itu. Kehadiran Festival Desa Binaan Bank NTT ini sebagai wujud mengimplementasikan misi yaitu sebagai “Pelopor Penggerak Ekonomi Rakyat” dan “Menggali Sumber Potensi Daerah untuk diusahakan secara Produktif bagi kesejahteraan Masyarakat NTT”.

Ini juga upaya mendukung Pemerintah Daerah Provinsi NTT dalam mengentaskan kemiskinan di NTT dengan mendesain pembinaan di masyarakat desa berupa peningkatan literasi keuangan, pelatihan dan pendampingan masyarakat desa di NTT.

Tiga desa yang dinobatkan sebagai yang terbaik di tahun 2021 yakni Desa Ajaobaki di TTS sebagai juara satu, Desa Hadakewa di Lembata sebagai juara dua dan Desa Detusoko Barat sebagai juara tiga. Menyisihkan puluhan desa lainnya. Kini, ketiga desa ini sementara berselancar di dunia maya, karena aneka produknya sudah dikenal di level nasional. Contohnya Desa Ajaobaki terkenal karena aneka penganan berbahan khas lokal, yakni hasil pertanian masyarakat setempat, mereka pun miliki aneka minuman lokal hasil fermentasi. Hadakewa pun sama. Pantai yang dulu jorok disulap jadi spot wisata mahal dengan omset puluhan juta per bulan. Ada resto dan aneka fasilitas hiburan disana. Belum lagi Detusoko, yang memiliki website sendiri, mengajak siapa saja datang dan menikmati panorama wisata disana, bersama petani menanam padi, maupun melakukan panen bersama. Dan peminatnya tak sedikit. Jangan ditanya mengenai omset ketiga desa ini.

Lagipula Festival Desa Binaan ini untuk menuntun kehidupan masyarakat desa ke arah yang lebih sejahtera, meningkatkan perekonomian masyarakat perdesaan, mewujudkan kemandirian masyarakat desa.

Keunggulan lain even ini yakni meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat desa yang Multiply Effect, menciptakan Desa Binaan yang mandiri dan berbasis digital, sentralisasi produk perbankan baik itu produk Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kredit dan juga menjadi pusat informasi potensi unggulan di daerah tersebut.

Masyarakat dilatih dan didampingi hingga berhasil dalam pengolahan, packaging hingga pemasaran produk lokal unggulannya.

Di sektor pariwisata pun sama. Ada narasi yang dihadirkan untuk menjembatani pesan leluhur ke generasi berikutnya, narasi ini tercatat secara digital, dan siapapun yang ke lokasi, tinggal scan pada barcode yang disiapkan lalu dengan mudahnya mengikuti alur ceriteranya.

Terkait mekanisme pelaksanaan kompetisi, segera diinformasikan oleh pihak Bank NTT, melalui seluruh kantor cabang. Kantor cabang akan berperan penting dalam persiapan desa-desa unggulan ini, kemudian mendaftarkannya pada panitia tingkat pusat untuk dinilai tim juri.

Adapun syarat utama iven ini yakni setiap Desa Binaan memiliki akses jalan ke lokasi terjangkau; Memiliki potensi ekonomi yang Multiply Effect pada masyarakat desa; Desa tersebut memiliki keragaman usaha; Produk yang dijual merupakan hasil produktifitas masyarakat setempat; Transaksi penjualan produk dan jasa berbasis elektronifikasi dengan menggunakan produk-produk bank NTT
(Menggunakan QRIS); Desa Binaan atau produk yang dihasilkan ter-elektronifikasi memuat cerita/history desa dan produk-produk yang dipasarkan (dalam bentuk barcode); Produk yang dijual wajib dikemas dengan branding bank NTT; Memiliki Lopo Dia Bisa yang dijadikan tempat usaha dan juga sebagai media informasi potensi unggulan yang ada di daerah tersebut; Memiliki Agen Dia Bisa minimal 50 persen dari pelaku ekonomi yang ada di desa tersebut.

Yang membanggakan dari pelaksanaan festival ini adalah, Bank NTT ingin agar festival ini memproduksi desa yang benar-benar mandiri dan layak berdasarkan variabel yang dijadikan sebagai alat ukur. Bahkan tidak main-main, iven ini didesain setara iven nasional, dengan instrumen yang dipakai adalah mengacu pada indeks desa membangun dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta Desa Wisata dari Kementerian Parekraf.

Ada sejumlah tokoh penting dalam penjurian. Mereka diantaranya:

Dr. Intiyas Utami,SE.,M.Sc.,Ph.D (Unsur Akademisi, Guru Besar UKSW Salatiga dan Staff Khusus Gubernur NTT bidang Ekonomi dan Akuntabilitas Publik)
Dr. Daniel Kameo,Ph.D (Unsur Akademisi, Guru Besar UKSW Salatiga dan Staff Khusus Gubernur NTT bidang Pembangunan dan Ekonomi)
Pius Rengka (Staf Khusus Gubernur)
Handrianus Paulus Asa (Regulator/Bank Indonesia)
I Ketut Oka Widisa (Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan NTT), James Adam (Unsur Akademisi, Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia NTT), Ni Dewa Agung Ayu Sri Liana Dewi (Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kupang)
Alexon Lumba, SH., M.Hum (Kadis Pendapatan dan Aset Daerah NTT)
Johny Lie Rohi Lodo SH (Dinas Parekraf NTT), Tamran Ismail, S.Si., MP (Kepala Kantor Balai POM NTT), Bobby Lianto, MM., M.Ba (Ketua KADIN NTT), Stanley Boymau (Media Consulting Bank NTT).

Masih terkait pelaksanaan Festival Desa Binaan dan PAD Bank NTT, penilaiannya akan dilakukan oleh Dewan Juri yang dijadwalkan pada bulan Oktober s/d November 2022. Serta hasilnya akan diumumkan pada 20 Desember 2022 bertepatan dengan hari ulang tahun Provinsi NTT.

Program Ramai Skali

Program Ramai Skali Bank NTT ini merupakan program yang dilaksanakan sejak empat tahun lalu, dan berkelanjutan hingga kini. Kegiatan ini merupakan edukasi dan literasi keuangan sebagai dukunganterhadap Perpres No. 82 tahun 2016 tentang strategi nasional keuangan inklusif (SNKI) dan keputusan OJK sejak tahun 2016 setiap bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan inklusi keuangan dan program gerakan edukasi menabung sejak dini. Melalui kegiatan ini, Bank NTT ingin memotivasi masyarakat untuk mengasah bakat dalam berkarya lebih baik serta menambah informasi dan komunikasi dengan mengembangkan potensi, minat dan bakat dalam mengembangkan ide kreatifitas dalam diri.

Masyarakat pun diedukasi untuk memanfaatkan berbagai layanan yang disajikan oleh Bank NTT melalui program Ramai Skali. Adapun jenis-jenis kompetisi yang digelar yakni kompetisi tradisional costume carvnival, kompetisi tarian etnik kontemporer, kompetisi paduan suara, kompetisi pidato Bahasa Inggris, Kompetisi Foto Model dan Kompetisi TikTok. (Humas Bank NTT/HT)