Suara-ntt.com, Kupang-Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Timur (NTT) memaparkan bahwa ada tiga kota mengalami inflasi Month to Month (MtM) sebesar 0,37 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,08 di bulan November 2023.
“Ketiga kota itu antara lain Kota Kupang, Maumere dan Waingapu ,”kata Statistisi Madya BPS NTT, Demarce Sabuna didampingi Statistisi Madya BPS NTT lainnya, Nurani Vita Christiani secara vitual pada Jumat, 1 Desember 2023.
Sabuna menjelaskan, Kota Kupang mengalami Inflasi MtM sebesar 0,48 persen, Kota Maumere mengalami Inflasi MtM sebesar 0,18 persen sementara Kota Waingapu mengalami Deflasi MtM sebesar 0,37 persen.
Dia mengatakan, untuk Inflasi YoY November 2023, gabungan 3 Kota Inflasi adalah sebesar 2,85 persen. Dimana Kota Kupang sebesar 2,59 persen, Kota Maumere sebesar nilai 3,81 persen, dan Kota Waingapu sebesar 4,13 persen.
Dikatakan, dari 90 kota sampel IHK Nasional, 79 kota mengalami Inflasi MtM dan 11 kota mengalami Deflasi MtM. Kota yang mengalami Inflasi MtM tertinggi adalah Kota Bandar Lampung sebesar 1,05 persen sedangkan Inflasi MtM terendah terjadi di Kota Padangsidimpuan sebesar 0,01 persen.
Kemudian lanjut dia kota yang mengalami Deflasi MtM tertinggi adalah Kota Tual sebesar 0,51 persen sedangkan Deflasi MtM terendah terjadi di Kota Singkawang sebesar 0,01 persen.
Untuk Inflasi YoY tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan sebesar 5,89 persen dan Inflasi YoY terendah terjadi di Kota Jayapura sebesar 1,82 persen.
Lebih lanjut kata dia pada Bulan November 2023, Nilai Tukar Petani (NTP) Nusa Tenggara Timur sebesar 97,54 dengan NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 97,47 untuk subsektor tanaman padi-palawija (NTP-P), 101,19 untuk sub sektor hortikultura (NTP-H); 90,95 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-TPR); 111,36 untuk subsektor peternakan (NTP-Pt) dan 93,65 untuk subsektor perikanan (NTP-Pi).
“Terjadi peningkatan 0,16 persen pada Bulan November jika dibandingkan dengan NTP Oktober 2023,”ungkapnya.
Peningkatan indeks harga ini kata dia, disebabkan oleh perkembangan indeks harga terima yang lebih cepat dibandingkan harga bayar.
“Hal ini terjadi hanya pada subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Tanaman Perkebunaan Rakyat, dan Peternakan,”sebutnya.
Ia menyebut, di daerah perdesaan terjadi inflasi 0,20 persen. Dan itu terjadi pada subkelompok makanan, minuman, dan tembakau dan transportasi. (HT)