15 Tahun Kiprah Fransiscus Go Bersama YFMG Membangun NTT

oleh -613 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Tanpa terasa sudah 15 tahun kiprah Fransiscus Go bersama Yayasan Felix Maria Go (YFMG) membangun Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Sejak orangtua kami meninggal kita sepakat membuat sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Felix Maria Go  atau disingkat YFMG. Yayasan ini sudah berjalan kurang lebih hampir 15 tahun di NTT,”kata Direktur Utama YFMG, Fransiscus Go pada acara reward lomba karya jurnalistik bertemakan: Membangun NTT dari Sisi Pendidikan, Ekonomi dan Kesehatan, yang diinisiasi GMT Institute Jakarta Tahun 2023 di Hotel Sasando Internasional pada Sabtu, 18 November 2023.

Fransiscus mengatakan, beberapa jejak yang sudah dilakukan antara lain; penjaringan air bersih di Desa Nain
Kabupaten TTU dan di Nenuk Kabupaten Belu-Atambua. Kemudian hingga saat pihaknya masih membantu sekolah dari SD, SMP dan SMA di Wani Besak Kabupaten Malaka.

“Kita semua ingin membangun NTT ini dengan caranya masing-masing,”ungkapnya.

Sebelum sukses menjadi seorang pengusaha di bidang properti, Fransiscus
mengaku pernah menjadi seorang karyawan. “Dulu saya pernah menjadi seorang karyawan dan 20 tahun lalu berhenti kemudian berusaha di bidang properti hingga saat ini,”ucapnya.

Dia menjelaskan, karya properti atau ekonomi yang dilakukan di NTT yakni menyewa lahan milik Pemerintah Kabupaten Kupang di Bundaran PU selama 25 tahun untuk bangun Hypermart dan lahan Fatululi seluas 6,5 hektare dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT selama 25 tahun untuk bangun plaza dan lain untuk pengembangan ekonomi dan bisnis.

“Tanah-tanah itu tetap merupakan milik Pemerintah Kabupaten Kupang dan Pemprov NTT,”tandasnya.

“Kalau di Pemkab Kupang itu kami sewa dan tanah Pemprov di Fatululi itu merupakan kerjasama pemanfaatan, dan bangun serah guna. Tujuannya jaman  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah meminta menjalankan program yang namanya Public Private Partnership (PPP) sekarang diganti dengan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU),”jelasnya.

Dipaparkan bahwa Pemerintah tidak bisa diandalkan untuk membangun seluruhnya sehingga membutuhkan pihak swasta.

“Mereka (Pemerintah, red) fokus pada kebijakan, regulasi dan pembangunan. Tapi untuk perputaran ekonomi perlu adanya tangan swasta,”paparnya.

Ia menceritakan selama 10 tahun menjabat sebagai Ketua Komite Pembangunan Pemberdayaan TKI ke Luar Negeri sehingga dirinya cukup paham dengan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) kemudian lima tahun terakhir dipindahkan ke kebijakan pendidikan.

Ada beberapa daerah di Indonesia yang berhasil dikembangkan dengan adanya Hypermart seperti di Kendari (Kalimantan Timur) dan itu merupakan jerih payahnya.

“Pada waktu jaman Presiden SBY kami diminta untuk masuk ke Indonesia Timur seperti NTT, Papua, Sulawesi (Manado) dan termasuk Kendari dan lain sebagainya adalah pintu masuk investor dari China. Dan itu sudah dibicarakan pada 20 tahun yang lalu”.

“Pak SBY minta supaya semua fokus seperti kita di NTT sebagai pintu masuk investasi dari China. Dan 20 tahun dari program itu investasi kita di Timor Leste cukup bagus dan banyak kemudian di Manado dan NTT menjadi cikal bakalnya,”paparnya.

Lebih lanjut kata dia, prinsip zero growth masih berlaku hingga sampai sekarang ini sejak jaman SBY sampai Jokowi. Artinya ada lima ribu orang pensiun maka lima orang yang direkrut.

“Jadi tidak rekrutmen baru. Sedangkan anak-anak kita yang umur 15-20 tahun. Satu tahun kita produksi 1,5-1,8 juta lulusan SMA/SMK atau sederajat mau dikemanakan?

“Kita akui bahwa lapangan pekerjaan kita kurang banyak sehingga anak-anak kita yang menjadi korban ilegal trafficking. Ada ribuan anak-anak kita yang kerja di Malaysia yang masuk tanpa dokumen yang lengkap baik itu visa maupun paspor,”imbuhnya.

“Hari ini menjadi momen bahwa membangun NTT adalah mulai dari kita sendiri. Ada 21 pemikiran yang masuk dan 100 persen kami hargai. Dari berbagai pemikiran itu kita akan melahirkan beberapa program dan pemerintah defenitif nanti harus bisa menerapkan sehingga dengan sendirinya menjadi pemberi ide ataupun gagasan dan bisa mengawalnga sehingga proses pembangunan di NTT berjalan bersama-sama. Kita harus berpikir posetif thinking yang lebih baik dari waktu ke waktu,”pungkasnya. (Hiro Tuames)